BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi dan Hubungannya
dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
1.
Definisi Motivasi
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan.
Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya, baik yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan kekuatan potensial yang ada
dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan dan dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau negatif.[1][1]
Mc. Donald mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Perumusan definisi tersebut mengandung tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu :
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam
pribadi seseorang.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (dorongan
afektif).
c. Motivasi ditandai oleh reaksi – reaksi mencapai tujuan.[2][2]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu energi atau tenaga yang
dapat membangkitkan atau mengarahkan tingkah laku individu yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
2.
Hubungan Motivasi dengan Istilah “Motif”,
“Drive” dan “Need”
Motif
atau “motive” adalah dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainya,
yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah.[3][3] Desakan atau “Drive” diartikan sebagai
dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu
keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukannya. Meskipun ada variasi makna, ketiga hal tersebut sangat bertalian
erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu kondisi yang
mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi tersebut disebut
dengan motivasi.
Dengan demikian,
motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong
yang berupa desakan (drive), motif, dan kebutuhan (need). Sehingga untuk
menyederhanakan ketiga tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu
istilah saja yang lebih bersifat Umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong
perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial.
Motif dasar
berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak lahir atau diperoleh dalam
proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan
perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari pengalaman, baik
belajar dari pengalaman yang disadari, maupun yang dilakukan tanpa rencana.
Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat
besar dalam kehidupan sosial.[4][4]
B.
Macam-macam Motivasi dan Implikasinya
dalam Belajar
1.
Macam-macam Motivasi
a.
Secara umum, motivasi terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
1)
Motivasi Intrinsik
Motivasi
Intrinsik adalah motif- motif
yang aktif dan berfungsi tanpa
adanya rangsangan dari luar, karena di dalam setiap individu sudah ada dorongan
melakukan sesuatu. Contoh motivasi intrinsik dalam
proses belajar: Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena
keinginan lain seperti ingin mendapat tujuan, nilai yang tinggi, hadiah dan
sebagainya.
Bila
seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit
sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di
latarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di
masa mendatang.
2)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik
belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di lua hal yang di
pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan
dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di
perlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar
anak didik mau belajar. Berbagai macam bisa dilakukan agar anak didik bisa
termotivasi dalam belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai
membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi
ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.[5][5]
b.
Dilihat dari dasar pembentukannya motivasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Motif-motif
bawaan, yakni motif-motif yang dibawa sejak lahir, contoh: dorongan untuk
makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dll.
2)
Motif-motif yang dipelajari, contoh: dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan dorongan untuk mengajar sesuatu dalam
masyarakat.[6][6]
c.
Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
1) Motivasi
takut (fear motivation), yakni individu melakukan suatu perbutan karena takut.
Dalam hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa
takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman
dan sebagainya.
2) Motivasi
insentif (incentive motivation), yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk
mendapatkan sesuatu insentif. entuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan
honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
3) Motivasi
sikap (attitude motivation), yakni motivasi ini lebih bersifat intrinsik
(muncul dari dalam diri individu) berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang
lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri individu. Sikap merupakan
suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang
terhadap suatu objek.[7][7]
d.
Menurut Abraham Maslow, motivasi terbagi menjadi
lima macam, yaitu:
1) Motif
fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
akanmakan, minum, bernafas, bergerak dll.
2) Motif
pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari
gangguan.
3) Motif
persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik denga
jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda.
4) Motif
harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan penghargaan dan
penghormatan dari orang lain.
5) Motif
aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari
kelahirannya dan kodrtnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu
diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan
kecakapan nyata.
Jika digambarkan
dalam sebuah bagan, kelima macam motif yang menunjukkan tahap tersebut
membentuk tangga seperti pada gambar berikut:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
tangga motif dari Abraham Maslow
|
|
kelima macam
motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Menurut maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif
dibawahnya telah terpenuhi. Meslkipun demikian tidak mustahil terjadi
kekecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipn motif dibawahnya
belum terpenuhi.
2.
Implikasi Motivasi dalam Belajar
Motivasi
bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab penting akan munculnya perilaku
seseorang. Motivasi adalah dorongan, hasrat, yang berasal dari diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa membangkitkan daya gerak dan
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Berkaitan
dengan proses belajar, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang
efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan ternyata dibutuhkan
suatu dorongan dari dalam jiwa siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Peran motivasi
sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Guru
berperan untuk menetapkan kebutuhan dan motivasi murid-murid berdasarkan
tingkah laku mereka yang nampak. Masalah bagi guru ialah bagaimana menggunakan
motivasi murid-murid untuk mendorong mereka bekerja mencapai tujuan pendidikan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu, perubahan tingkah laku diharapkan
terjadi. Oleh karena itu, tugas guru ialah memotivasi murid untuk belajar demi
tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah
laku yang diinginkan.
Guru
sering menggunakan insentif untuk memotivasi muroid-murid atau berusaha
mencapai tujuan yang diinginkan. Insentif, apapun wujudnya akan berguna hanya
apabila insentif itu mewakili tujuan yang akan dicapai yang kiranya memenuhi
kebutuhan psikologis murid-murid. Konsekuensinya guru harus kreatif dan
imajinasinya di dalam menggunakan insentif untuk memotivasi agar berusaha
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Penggunaan
media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan nilai ulangan sebagai pemicu
siswa untuk belajar lebih giat, menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu
siswa, mengadakan permainan dan menggunakan simulasi, menumbuhkan persaingan
dalam diri siswa, merupakan upaya-upaya lain untuk meningkatkan motivasi
belajar pada siswa.
Ternyata
motivasi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses belajar, baik
motivasi internal maupun eksternal. Jika seorang anak tidak mempunyai motivasi
dalam dirinya maka hasil belajar menjadi tidak maksimal. Sehingga dia
membutuhkan motivasi dari luar, yaitu pemberian motivasi dari orang-orang
sekitar.
C.
Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan
Manusia
Dalam setiap
perbuatan, manusia pasti mempunyai tujuan tertentu dan berdasarkan motif
tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan sebuah
motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada
manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan
apabila berhasil dicapai. Memang sulit untuk mengetahui motivasi pada diri
seseorang secara langsung. Namun motivasi pada diri seseorang dapat dilihat
dari tingkah lakunya.
Tingkah laku
yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi apabila kebutuhan itu
ditumbuhkan. Tingkah laku yang mencapai ke arah tercapainya tujuan menjadi
semakin kuat, yakni bilamana seseorang dimotivasi lagi dengan cara yang sama
maka tingkah laku itu terjadi lagi.
Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru sering manghadapi tingkah laku-tingkah laku kelas yang
tidak dapat diterangkan dan sulit diatasi karena tingkah laku tersebut telah
diperkuat untuk memenuh kabutuhan tertentu. Dalam situasi-situasi yang agaknya
memberikan “reward” bagi seorang anak, kecenderungan tingkah laku dapat
dipelajari. Banyak cara yang bisa dilakukan untk memenuhi kebutuhan anak,
misalnya dengan memberi pujian atau penghargaan-penghargaan lainnya. Misalnya,
anak yang selalu berbicara di kelas sering mengganggu ketenangan kelas
barangkali berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Bila
tingkah lakunya menarik perhatian, maka kemarahan dan teguran dari guru sangat
berpengaruh.[8][12]
D.
Proses Motivasi dalam Belajar
Dalam psikologi
belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan
sebelumnya.
Mengenai
tahap-tahap belajar terdapat beberapa pendapat:
1.
Menurut Jerume S. Bruner, dalam proses belajar siswa
menempuh tiga tahap:
a.
Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
b.
Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
c.
Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi)
2.
Menurut Arno F. Wittig dalam bukunya Psychology
of Learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan,
yaitu:
a.
Acquisition (tahap
perolehan/penerimaan informasi)
b.
Storage (tahap
penyimpanan informasi)
c.
Retrieval (tahap
mendapatkan kembali informasi)[9][13]
Telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam hal belajar,
motivasi itu sangat penting, karena motivasi bisa dikatakan sebagai syarat
mutlak untuk belajar. Di sekolah misalnya, seringkali terdapat anak yang malas,
tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena
guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar
siswa mampu bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Banyak bakat siswa
yang tidak berkembang akibat tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika
seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lebih banyak peluang untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkannya.[10][14]
E.
Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya
Motivasi Belajar
1.
Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah
Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaaban
dengan cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi tersebut mencakup tiga
aspek, yaitu:
a.
Fisik, mental, dan emosional.
b.
Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan.
c.
Keterampilan dan pengetahuan.
Adapun prinsip-prinsip readiness
adalah:
a.
semua aspek perkembangan berinteraksi (saling
mempengaruhi)
b.
kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk
memperoleh manfaat dari pengalaman
c.
pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kesiapan
d.
kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.[11][15]
2.
Incentive
Incentive adalah
penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa, sehingga siswa terdorong
untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hal
ini sangat berguna untuk meningkatkan motivasi siswa. Penghargaan ini misalnya
berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain.
Incentive dapat
dibedakan menjadi dua macam:
a.
Insentif istrinsik, yaitu situasi yang mempunyai
hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan. Misalnya pengenalan tentang
hasil/kemajuan belajar serta mengenai persaingan sehat.
b.
Insentif ekstrinsik, yaitu situasi yang tidak
mempunyai hubungan fungsional dengan tugas. Misalnya: ganjaran, hukuman,
perlakuan kasar, kekejaman, dan ancaman yang membuat takut. Dari kedua macam
intensif tersebut, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif
intrinsik.[12][16]
3.
Transfer
Transfer adalah
pengaruh dari hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap
proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila hasil belajar yang
terdahulu itu memperlancar proses beelajar berikutnya, maka transfer tersebut
disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar berikutnya maka
transfer tersebut disebut transfer negatif.
Untuk
mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu dengan adanya
kemampuan asli pelajar, murid mempelajari materi yang menarik baginya, sikap
yang positif dan usaha suka rela murid, cara mengajar yang menarik, bervariasi,
tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun
prinsip-prinsip transfer adalah:
a.
Menanamkan kesungguhan pada anggota pelajar
b.
Membuat materi belajar menjadi lebih bermakna
c.
Memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan
terhadap respon-respon yang benar
d.
Menyediakan latihan/ praktek
e.
Menghindari organisasi yang salah dan gangguan
f.
Menekankan konsep-konsep dan kemampuan umum
g.
Memungkinkan terjadinya aplikasi
h.
Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak
lanjutnya.[13][17]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan.
Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya.
Motif atau
“motive” adalah tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk
melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah. Desakan
atau “Drive” diartikan sebagai dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah.
Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya
kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Ketiga hal tersebut
sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu
kondisi yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi
tersebut disebut dengan motivasi.
Dilihat dari
berbagai aspek, motivasi terbagi menjadi beberapa macam. Akan tetapi secara
umum, motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi berkaitan erat dalam proses pembelajaran, agar tercipta suasana
kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang
memuaskan, diperlukan adanya dorongan/motivasi dari dalam jiwa siswa.
Dalam setiap
perbuatan, manusia tentu mempunyai tujuan yang berdasarkan motif tertentu.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku
mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai.
Diantara faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar adalah Readines
(Kesiapan), Incentive (Penghargaan), dan Transfer.
Daftar Pustaka
Soemanto Wasty.
2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Machrany, A. 1998.
Motivasi dan Disiplin Kerja. Jakarta: SIUP.
Hamalik Oemar.
2001. Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara.
Sobur, Alex.
Pesikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: PustakaSetia.
Sukmadinata
Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Djamarah
Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rinea Cipta.
Hasan Chalijah.
Dimensi- dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-Ikhlas.
Siti Fatimah,
“Perlukah Motivasi dalam Proses Belajar?” diakses pada tanggal 10 November 2012
dalam http://edukasi.BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi dan Hubungannya
dengan Istilah “Motif”, “Drive” dan “Need”
1.
Definisi Motivasi
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan.
Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya, baik yang berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku tertentu. Motivasi merupakan kekuatan potensial yang ada
dalam diri seorang manusia yang dapat dikembangkan dan dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau negatif.[1][1]
Mc. Donald mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan. Perumusan definisi tersebut mengandung tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu :
a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam
pribadi seseorang.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (dorongan
afektif).
c. Motivasi ditandai oleh reaksi – reaksi mencapai tujuan.[2][2]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu energi atau tenaga yang
dapat membangkitkan atau mengarahkan tingkah laku individu yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
2.
Hubungan Motivasi dengan Istilah “Motif”,
“Drive” dan “Need”
Motif
atau “motive” adalah dorongan, hasrat, keinginan dan tenaga penggerak lainya,
yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah.[3][3] Desakan atau “Drive” diartikan sebagai
dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu
keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang
diperlukannya. Meskipun ada variasi makna, ketiga hal tersebut sangat bertalian
erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu kondisi yang
mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi tersebut disebut
dengan motivasi.
Dengan demikian,
motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong
yang berupa desakan (drive), motif, dan kebutuhan (need). Sehingga untuk
menyederhanakan ketiga tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu
istilah saja yang lebih bersifat Umum yaitu motif. Motif-motif yang mendorong
perilaku individu dapat dikategorikan atas motif dasar dan motif sosial.
Motif dasar
berkenaan dengan segala macam bentuk dorongan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Motif ini bersifat instink, dimiliki individu sejak lahir atau diperoleh dalam
proses perkembangannya tanpa harus dipelajari. Sedangkan motif sosial merupakan
perkembangan dari motif dasar, berkembang karena belajar dari pengalaman, baik
belajar dari pengalaman yang disadari, maupun yang dilakukan tanpa rencana.
Motif ini berkembang melalui proses interaksi sosial, dan peranannya sangat
besar dalam kehidupan sosial.[4][4]
B.
Macam-macam Motivasi dan Implikasinya
dalam Belajar
1.
Macam-macam Motivasi
a.
Secara umum, motivasi terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
1)
Motivasi Intrinsik
Motivasi
Intrinsik adalah motif- motif
yang aktif dan berfungsi tanpa
adanya rangsangan dari luar, karena di dalam setiap individu sudah ada dorongan
melakukan sesuatu. Contoh motivasi intrinsik dalam
proses belajar: Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena
keinginan lain seperti ingin mendapat tujuan, nilai yang tinggi, hadiah dan
sebagainya.
Bila
seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar
akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Dalam aktivitas belajar, seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit
sekali melakukan aktifitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki
motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu di
latarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan di butuhkan dan sangat berguna untuk sekarang dan di
masa mendatang.
2)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik
belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di lua hal yang di
pelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan
dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak di
perlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar
anak didik mau belajar. Berbagai macam bisa dilakukan agar anak didik bisa
termotivasi dalam belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai
membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi
ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.[5][5]
b.
Dilihat dari dasar pembentukannya motivasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Motif-motif
bawaan, yakni motif-motif yang dibawa sejak lahir, contoh: dorongan untuk
makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja dll.
2)
Motif-motif yang dipelajari, contoh: dorongan untuk
belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan dorongan untuk mengajar sesuatu dalam
masyarakat.[6][6]
c.
Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
1) Motivasi
takut (fear motivation), yakni individu melakukan suatu perbutan karena takut.
Dalam hal ini seseorang melakukan sesuatu perbuatan dikarenakan adanya rasa
takut, misalnya takut karena ancaman dari luar, takut Aku mendapatkan hukuman
dan sebagainya.
2) Motivasi
insentif (incentive motivation), yakni individu melakukan suatu perbuatan untuk
mendapatkan sesuatu insentif. entuk insentif bermacam-macam seperti mendapatkan
honorarium, bonus, hadiah, penghargaan dan lain-lain
3) Motivasi
sikap (attitude motivation), yakni motivasi ini lebih bersifat intrinsik
(muncul dari dalam diri individu) berbeda dengan kedua motivasi sebelumnya yang
lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri individu. Sikap merupakan
suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang
terhadap suatu objek.[7][7]
d.
Menurut Abraham Maslow, motivasi terbagi menjadi
lima macam, yaitu:
1) Motif
fisiologis, yaitu dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
akanmakan, minum, bernafas, bergerak dll.
2) Motif
pengamanan, yaitu dorongan-dorongan untuk menjaga atau melindungi diri dari
gangguan.
3) Motif
persaudaraan dan kasih sayang, yaitu motif untuk membina hubungan baik denga
jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda.
4) Motif
harga diri, yaitu motif untuk mendapatkan pengenalan, pengakuan penghargaan dan
penghormatan dari orang lain.
5) Motif
aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari
kelahirannya dan kodrtnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu
diaktualkan atau dinyatakan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan
kecakapan nyata.
Jika digambarkan
dalam sebuah bagan, kelima macam motif yang menunjukkan tahap tersebut
membentuk tangga seperti pada gambar berikut:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar
tangga motif dari Abraham Maslow
|
|
kelima macam
motif itu tersusun dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
Menurut maslow pada umumnya motif yang lebih tinggi akan muncul apabila motif
dibawahnya telah terpenuhi. Meslkipun demikian tidak mustahil terjadi
kekecualian, bahwa motif yang lebih tinggi muncul meskipn motif dibawahnya
belum terpenuhi.
2.
Implikasi Motivasi dalam Belajar
Motivasi
bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab penting akan munculnya perilaku
seseorang. Motivasi adalah dorongan, hasrat, yang berasal dari diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi bisa membangkitkan daya gerak dan
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Berkaitan
dengan proses belajar, agar tercipta suasana kegiatan belajar mengajar yang
efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang memuaskan ternyata dibutuhkan
suatu dorongan dari dalam jiwa siswa. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Peran motivasi
sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Guru
berperan untuk menetapkan kebutuhan dan motivasi murid-murid berdasarkan
tingkah laku mereka yang nampak. Masalah bagi guru ialah bagaimana menggunakan
motivasi murid-murid untuk mendorong mereka bekerja mencapai tujuan pendidikan.
Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu, perubahan tingkah laku diharapkan
terjadi. Oleh karena itu, tugas guru ialah memotivasi murid untuk belajar demi
tercapainya tujuan yang diharapkan, serta di dalam proses memperoleh tingkah
laku yang diinginkan.
Guru
sering menggunakan insentif untuk memotivasi muroid-murid atau berusaha
mencapai tujuan yang diinginkan. Insentif, apapun wujudnya akan berguna hanya
apabila insentif itu mewakili tujuan yang akan dicapai yang kiranya memenuhi
kebutuhan psikologis murid-murid. Konsekuensinya guru harus kreatif dan
imajinasinya di dalam menggunakan insentif untuk memotivasi agar berusaha
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Penggunaan
media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan nilai ulangan sebagai pemicu
siswa untuk belajar lebih giat, menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu
siswa, mengadakan permainan dan menggunakan simulasi, menumbuhkan persaingan
dalam diri siswa, merupakan upaya-upaya lain untuk meningkatkan motivasi
belajar pada siswa.
Ternyata
motivasi memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap proses belajar, baik
motivasi internal maupun eksternal. Jika seorang anak tidak mempunyai motivasi
dalam dirinya maka hasil belajar menjadi tidak maksimal. Sehingga dia
membutuhkan motivasi dari luar, yaitu pemberian motivasi dari orang-orang
sekitar.
C.
Hubungan Motivasi dengan Kebutuhan
Manusia
Dalam setiap
perbuatan, manusia pasti mempunyai tujuan tertentu dan berdasarkan motif
tertentu pula. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan sebuah
motivasi. Motivasi inilah yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada
manusia untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan
apabila berhasil dicapai. Memang sulit untuk mengetahui motivasi pada diri
seseorang secara langsung. Namun motivasi pada diri seseorang dapat dilihat
dari tingkah lakunya.
Tingkah laku
yang memenuhi kebutuhan, cenderung untuk diulangi apabila kebutuhan itu
ditumbuhkan. Tingkah laku yang mencapai ke arah tercapainya tujuan menjadi
semakin kuat, yakni bilamana seseorang dimotivasi lagi dengan cara yang sama
maka tingkah laku itu terjadi lagi.
Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru sering manghadapi tingkah laku-tingkah laku kelas yang
tidak dapat diterangkan dan sulit diatasi karena tingkah laku tersebut telah
diperkuat untuk memenuh kabutuhan tertentu. Dalam situasi-situasi yang agaknya
memberikan “reward” bagi seorang anak, kecenderungan tingkah laku dapat
dipelajari. Banyak cara yang bisa dilakukan untk memenuhi kebutuhan anak,
misalnya dengan memberi pujian atau penghargaan-penghargaan lainnya. Misalnya,
anak yang selalu berbicara di kelas sering mengganggu ketenangan kelas
barangkali berusaha memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan perhatian. Bila
tingkah lakunya menarik perhatian, maka kemarahan dan teguran dari guru sangat
berpengaruh.[8][12]
D.
Proses Motivasi dalam Belajar
Dalam psikologi
belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah yang dengannya beberapa
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan
sebelumnya.
Mengenai
tahap-tahap belajar terdapat beberapa pendapat:
1.
Menurut Jerume S. Bruner, dalam proses belajar siswa
menempuh tiga tahap:
a.
Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
b.
Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
c.
Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi)
2.
Menurut Arno F. Wittig dalam bukunya Psychology
of Learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan,
yaitu:
a.
Acquisition (tahap
perolehan/penerimaan informasi)
b.
Storage (tahap
penyimpanan informasi)
c.
Retrieval (tahap
mendapatkan kembali informasi)[9][13]
Telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dalam hal belajar,
motivasi itu sangat penting, karena motivasi bisa dikatakan sebagai syarat
mutlak untuk belajar. Di sekolah misalnya, seringkali terdapat anak yang malas,
tidak menyenangkan, suka membolos, dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena
guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar
siswa mampu bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya. Banyak bakat siswa
yang tidak berkembang akibat tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika
seseorang mendapatkan motivasi yang tepat, maka lebih banyak peluang untuk
mencapai hasil dan tujuan yang diinginkannya.[10][14]
E.
Faktor-faktor yang Mempermudah Timbulnya
Motivasi Belajar
1.
Readiness (Kesiapan)
Kesiapan adalah
Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaaban
dengan cara tertentu terhadap situasi tertentu. Kondisi tersebut mencakup tiga
aspek, yaitu:
a.
Fisik, mental, dan emosional.
b.
Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan.
c.
Keterampilan dan pengetahuan.
Adapun prinsip-prinsip readiness
adalah:
a.
semua aspek perkembangan berinteraksi (saling
mempengaruhi)
b.
kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk
memperoleh manfaat dari pengalaman
c.
pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang
positif terhadap kesiapan
d.
kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.[11][15]
2.
Incentive
Incentive adalah
penghargaan yang diberikan atas keberhasilan siswa, sehingga siswa terdorong
untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Hal
ini sangat berguna untuk meningkatkan motivasi siswa. Penghargaan ini misalnya
berupa pujian, angka yang baik, memberi hadiah, dan lain-lain.
Incentive dapat
dibedakan menjadi dua macam:
a.
Insentif istrinsik, yaitu situasi yang mempunyai
hubungan fungsional dengan tugas dan tujuan. Misalnya pengenalan tentang
hasil/kemajuan belajar serta mengenai persaingan sehat.
b.
Insentif ekstrinsik, yaitu situasi yang tidak
mempunyai hubungan fungsional dengan tugas. Misalnya: ganjaran, hukuman,
perlakuan kasar, kekejaman, dan ancaman yang membuat takut. Dari kedua macam
intensif tersebut, yang lebih memajukan belajar individu adalah insentif
intrinsik.[12][16]
3.
Transfer
Transfer adalah
pengaruh dari hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap
proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Apabila hasil belajar yang
terdahulu itu memperlancar proses beelajar berikutnya, maka transfer tersebut
disebut transfer positif. Namun jika mengganggu proses belajar berikutnya maka
transfer tersebut disebut transfer negatif.
Untuk
mempermudah transfer dibutuhkan kondisi yang kondusif, yaitu dengan adanya
kemampuan asli pelajar, murid mempelajari materi yang menarik baginya, sikap
yang positif dan usaha suka rela murid, cara mengajar yang menarik, bervariasi,
tepat guna dan sesuai dengan kemampuan murid.
Adapun
prinsip-prinsip transfer adalah:
a.
Menanamkan kesungguhan pada anggota pelajar
b.
Membuat materi belajar menjadi lebih bermakna
c.
Memungkinkan terjadinya konsekuensi yang memuaskan
terhadap respon-respon yang benar
d.
Menyediakan latihan/ praktek
e.
Menghindari organisasi yang salah dan gangguan
f.
Menekankan konsep-konsep dan kemampuan umum
g.
Memungkinkan terjadinya aplikasi
h.
Memungkinkan peningkatan belajar dan tindak
lanjutnya.[13][17]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara etimologi motivasi berarti dorongan, kehendak, atau kemauan.
Sedangkan secara terminologi, motivasi adalah tenaga-tenaga (forcer) yang
membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Motivasi tidak dapat
diamati secara langsung, akan tetapi dapat diinterpretasikan dari tingkah
lakunya.
Motif atau
“motive” adalah tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk
melakukan sesuatu yang terarah pada kebutuhan psikis atau rohaniah. Desakan
atau “Drive” diartikan sebagai dorongan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah.
Kebutuhan atau “Need” merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya
kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Ketiga hal tersebut
sangat bertalian erat dan sukar dipisahkan, karena semuanya termasuk suatu
kondisi yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan, yang mana kondisi
tersebut disebut dengan motivasi.
Dilihat dari
berbagai aspek, motivasi terbagi menjadi beberapa macam. Akan tetapi secara
umum, motivasi dibagi menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi berkaitan erat dalam proses pembelajaran, agar tercipta suasana
kegiatan belajar mengajar yang efektif yang dapat mewujudkan hasil belajar yang
memuaskan, diperlukan adanya dorongan/motivasi dari dalam jiwa siswa.
Dalam setiap
perbuatan, manusia tentu mempunyai tujuan yang berdasarkan motif tertentu.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sebuah motivasi. Motivasi inilah yang
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada manusia untuk bertingkah laku
mencapai tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil dicapai.
Diantara faktor-faktor yang mempermudah timbulnya motivasi belajar adalah Readines
(Kesiapan), Incentive (Penghargaan), dan Transfer.
Daftar Pustaka
Soemanto Wasty.
2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Machrany, A. 1998.
Motivasi dan Disiplin Kerja. Jakarta: SIUP.
Hamalik Oemar.
2001. Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara.
Sobur, Alex.
Pesikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: PustakaSetia.
Sukmadinata
Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Djamarah
Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rinea Cipta.
Hasan Chalijah.
Dimensi- dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya: Al-Ikhlas.
Siti Fatimah,
“Perlukah Motivasi dalam Proses Belajar?” diakses pada tanggal 10 November 2012
dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/28/perlukah-motivasi-dalam-proses-belajar/
Syah Muhibbin.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto
Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slameto. 1995.
Belajar dan Faktor-faktor yang Mepengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
A. Machrany, Motivasi
dan Disiplin Kerja (Jakarta: SIUP, 1998), h. 109.
Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 158-159
Alex Sobur, Pesikologi
Umum dalam Lintas Sejarah (Bandung: PustakaSetia, 2011), h. 267.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 61.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar (Jakarta: PT Rinea Cipta,
2002), h. 115-118.
Chalijah Hasan, Dimensi-
dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 42.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h.
63-64.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h.. 109-111.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 60.
Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang Mepengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h.
113-114.
Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 118..com/2010/12/28/perlukah-motivasi-dalam-proses-belajar/
Syah Muhibbin.
2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto
Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Slameto. 1995.
Belajar dan Faktor-faktor yang Mepengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
A. Machrany, Motivasi
dan Disiplin Kerja (Jakarta: SIUP, 1998), h. 109.
Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 158-159
Alex Sobur, Pesikologi
Umum dalam Lintas Sejarah (Bandung: PustakaSetia, 2011), h. 267.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h. 61.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar (Jakarta: PT Rinea Cipta,
2002), h. 115-118.
Chalijah Hasan, Dimensi-
dimensi Psikologi Pendidikan (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 42.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan
Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), h.
63-64.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h.. 109-111.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 60.
Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang Mepengaruhinya (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h.
113-114.
Wasty Soemanto, Psikologi
Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 118.