Pelangi malam dengan do’a yang sempurna
Terlalu
sempit dan pendek kertasku, pensilnya saja hitam tiada bernama. Lalu kenapa
harus kau baca jika harus kau hina, aku sadar siapa diriku ,,tulisanku saja tak
beralas, namun ,,, bukanya aku tidak mempunyai kertas untukku jadikan alas,
hanya saja belum ada kertas yang bisa menjadi alas tulisanku.. hingga tulisanku
berserakan tiada yang melihat maupun memandang. Namun kerap dan padat
barisan tulisanku menyimpan ribuan
kepribadian….
Deretan
tulisan demi tulisan aku uraikan tanpa mengerti apa yang harus aku lakukan di
pulaukecil ini… Aku hanya bisa mengerjakan apa yang bisa kukerjakan. Meskipun aku
hanya sedikit menyimpan mimpi itu, tapi hingga sekarang mimpi itu belum juga
punah “sebagai seorang penulis”aku hanya melanjutkan hidupku dengan biasa-biasa
saja, tanpa berharap aku bisa menjadi siapa-siapa.
Salim
…
Terdengar
suara ibu mengetuk pintuk kamarku. Ku rapikan semua buku dan penaku, dan kembali
bepura-pura tidur tak mendengar suara apapun…
Salim bangun
nak,,, suara ibuku makin terasa dekat . Tolong temani ibu..” bisiknya dekat
wajahku.. perlahan kubuka mataku “iya
bu” aku bergegas bangun dankeluaruntuk mengambil wudlu..
Ibuku
selalu bangun menjelang subuh. Dan akuselalu menemaninya untuk ke masjid.
Dulunya ada kakakku yang biasa melakukan ini, tapi sudah 5 tahun ini ia
merantaudimalaysia.
Kami
berdua berangkat dengan jalan kaki, tak sampai 5 menit kami sudah sampai di
depan masjid.. “belum adzan nak, coba kamu nyalakan kaset tarkhimnya mungkin
orang-orang masih ada yang belum bangun” pintanya dengan sedikit penjelasan
“iya bu”
Mayoritas
penduduk di pulauku adalah muslim. Atau mungkin memang seluruh penghuni pulau
ini adalah muslim, tapi lebih tragisnya sangat sedikit sekali orang yang
berjama’ah dimasjid maupun di mushallah hingga mushallah ataupun masjid sering
kelihatan tak berpenghuni..
Akupun
mulai memutar rekaman tarkhim itu. Kuranglebih setengah jam tarkhim berkumandang
menembus udara subuh di kampung ini. Satu persatu jamaah mulai berdatangan. Begitulah
suasasana subuh pulau ini yang kujalani tiap hari.
Seusai
sholat subuh kami pulang bersama dengan jamah lain. Berjalan menyusuri jalanan
yang sama. Jalanan tanah sedikit berbatu, dan jika telah musim hujan, jalanan ini
akan becek. Hal ini semakin mengurangi jumlah jamaah di masjid ini.
Bukan
tanpa alasan hal ini masih terjadi di kampung ini. Bantuan dana perbaikan jalan
dari pemerintah pusat tak pernah sampai
ke pulau ini. Pulau kecil yang ada di ujung timur dari jawa timur.
Kami
hanya bisa membuat jalan semampu kami. Menyusun pavin dari batubata agar tak
becek jika sudah memasuki musim hujan, memecah batuan untuk membuat jalanan
aspal tiruan.
Pernah
pertanyaan jahat menelisik khayalanku. Mungkinkah pemerintah tau akan pulau
ini, tertulis kah nama pulau Kangean di peta mereka, jika ada kenapa pulau ini
tak pernah terjamah mereka.
Tak pernahkah
mereka memikirkan kehidupan penduduk pulau kecil ini, memang tak adakah
anggaran pengelolaan untuk kami.
Disini kalian
tak akan menemui polisi ataupun tentara. Jangankan lampu lalu lintas, jalanan
aspal saja tak akan tampak di pulau ini.
Pergantian
pemimpin tak akan terasa di pulau ini. Siapapun pemimpinnya tak akan mengubah
apapun di sini. Mungkin memang kami harus melakukan semuanya sendiri. Dan kami
tak akan merepotkan pemerintah pusat.
Tapi jangan
kalian sangka kami apatis terhadap politik di Negara ini. Kami juga melek akan
perkembangan segala masalah politik yang terjadi saat ini. Tentang dunia
birokrasi yang penuh dengan topeng kebaikan.
“Nak
Salim …”
Suara
itu membuyarkan lamunanku tentang pulau ini.
Iya
cak Darman ,,,
Sebentar
lagi sudah selesei SMA kan, rencanya akan melanjutkan dimana, atau mau kerja ?.
pertanyaan yang sangat mudah, tapi sungguh bingung aku menjawabnya, rumit,
serumit rangkaian mimpi-mimpiku yang kabur.
Entahlah
cak Darman, biar kaki ini saja yang kelak akan menjawab, jawabku sambil tersenyum.
Ibuku hanya tersenyum mendengar jawabanku.
Ya
sudah cak saya duluan ,, kataku ketika ternyata kami telah sampai di halaman
rumahku.
Ooh iya ,, Assalamualaikum cak … waalaikumsalam
Aku
dan ibuku telah memasuki rumah. Gelap seperti biasa.
Ibu
masak dulu Salim, carilah kayu bakar untuk memasak nanti siang. Persediaan di
belakang sudah tinggal sedikit.
Iya bu jawabku,
Salim ganti baju dulu …
Jam
5 pagi listrik pulai ini sudah mati. Listrik dipulauku belum 24 jam seperti di
pulau besar kalian. Listrik di sini hanya akan menyala pada pukul 5 sore dan
akan padam keesokan paginya di jam lima. Tak heran bila hampir seluruh penduduk
di pulai ini masih menggunakan alat-alat tradisional dalam segala
aktivitasnya.Kecuali orang-orang kaya, yang telah memiliki mesin diesel atau
aki pengganti listrik.
Karena
itulah ibuku masih menggunakan kayu bakar untuk memasak dan melakukan kegiatan
lainnya.
Kesulitan kami
bukan hanya karena listrik, untuk bahan pangan dan bahan kebutuhan sehari-hari,
dan segala serba-serbi rumah tangga, kami harus bisa mengelolanya. Secermat dan serapi penyusunan
APBN Negara.
Jika
badai besar dan gelombang tinggi, semua kapal yang biasa mengangkut minyak
ataupun bahan-bahan makanan lainya tidak berani untuk menyebrang laut, hingga
saat itu juga minyak dan bahan-bahan lainnya menjadi sangat mahal 2x lipat dari
harga yang biasanya
Hari
masih pagi ,.. pasir yang putih, laut yang lepas seolah-olah memelukku
melindungiku dari pikiran-pikiran yang rumit penuh dengan keluh kesahku.. aku
ambil satu persatu kayu bakar itu..
Terdengar
Suara burungyang berlalu dengan merdu ,angin yang berhembus seakan-akan makin
hari makin menghinaku, mengolok-ngolokku dari kejauhan,.. aku seolah-olah tak mengerti apa yang harus aku lakukan …namun
bisakah aku lebih dari seokor burung itu..
rasa kesalku dalam hati..
Waktu
sudah menunjukkan jam 7 pagi.. satu dua kayu bakar itu telah terkumpul dan siap
untuk ku bawa pulang “buk dimna saya taruk kayu-kayu ini..? taruk saja dibawah
itu nak” sembari beliau menunjuk kearahtumpukan kayu-kayu itu..” ada pesanan ya
buk” sambil kulihat ibuk yang tengah asyik memasak kue dagangannya.. “gak ada nak, Cuma memang buwat sedikit lebih”
pangkasnya dengan singkat sambil mulai menyalakan api dapurnya.. “ooo” sambil
ku diam melihat ibuku
karena
hari ini adalah hari minggu aku biasa menemani ibuku di dapur seharian, jika
mobil pikap yang biasa mengajakku bekerja tidak menjemputku, mungkin sekaranglagi
sepi tidak ada pemborong ataupun pesanan apapun,Hingga jam segini masih belum
ada menjemputan..
Hari
berganti hari dan inilahhari-hari terakhirku masuk sekolah. Ya’’ sekolah SMA
negri 1arjasa kangean adalah sekolah
faforit di pulau kami jadi tidak heran bila anak muda seusia saya sangat butuh
sekali sama sekolah yangseperti ini, sekalipun dengan media yang serba terbatas,
tapi bagi kami ini sudah sangat luar biasa. namun lagi-lagi sekolah seperti ini
hanya ada 1 dipulau kami
hari
berganti, waktupun semakin berlalu aku coba mendiamkan diri menuliskan sesuatu
yang harus aku tulisdi subuh ini.
detik
waktu langkahku
hanya
buku-buku ceritaku …
anginlah
naunganku
hanya
mentari sahabatku..
langit
tinggi jauh itulah diriku..
awanlah
warnaku
hujanlah
suaraku…
namun..
bila waktu dan buku adalah hidupku..
akulah
batu itu… akulah semut itu..
sudah
menjelang subuh, aku mulai bosan dan jenuh dengan tulisan-tulisanku, besok
sudah hari selasa 3 hari lagi adalah pengumuman kelulusanku disekolah,
sayap-sayapku seakan sudah patah sebelum aku kipaskan.. Ya Allah , apa arti
mimpi ini. Keluhku dalam hati
Suara
ketokan pintu perlahan mulai terdengar “itu pasti suara ibuku” seperti biasa aku bereskan
semua buku dan penaku, kukembali berpuara-pura tidur seolah tak mendengar suara
apapun.
Namun
tidak seperti biasa. ibukuhanya datang dengan wajah yang murung, beliau tidak
lagi membangunkanku,, dengan duduk diam disampingku, kulihat matanya sudah
mulai berlinang air mata.
Aku
tak sanggup,sungguh aku tak mengerti apa yang tengah terjadi pada ibuku,
namun
rasa itu seketika menghilang begitu saja, “ibu mengerti apa yang sedang kamu
fikirkan anggi.., maafkan ibu bila tak pernah melihatmu menulis,.Tapi
percayalah nak,.. ibu sangat mengerti apa yang selama ini kamu lakukan dan kamu
pikirkan, maafkan ibu. namunbila nanti kamu diberi waktu yang lebih dari waktu
dunia ini, maka teruslah menulis ataupun bermimpi karena tak ada tempat dan
penghalang apapun didunia ini untuk kamu bermimpi sekalipun itu adalah orang
lain. Karena dengan cara apapunkamu bemimpi itu adalah dirimu sendiri dengan tuhanmu
yang tahu, apa arti mimpi itu sesungguhnya”,semabari beliau bangun dan mulai
keluar dari kamarku, dia tidak lagi mengajakku, ibuku hanya berangkat sendiri
kemasjid,
air
mataku perlahan mulai jatuh meresapi kata demi kata yangtelah terucap dari
seorang ibu, entah apa yang aku pikirkan, aku hanya merasa sedikitmengerti tentang
arti sebuah mimpi yang sejati.
Haripun
terus berganti perlahan matahari mulai tenggelam di gelapnya sang malam.
Ya’ Adzan
isya’ mulai berkumandang di tengah-tengah gemerlapnya pulai ini, kulihat ibuku
yang lagi asyik membungkusi kue-kue dagangannya, sesekali melipat dan
merapikanya dengan api lentera yang ada didekatnya, kucoba meng hampiri beliau.
“bu adakabar gak dari kak angga” tanyaku sambil kudekati ibuku “gak ada nak,
sudah 3 tahun ini gak ada kabar dari kakkakmu” “kemana ya buk kak angga” sambil
kudiam dengan sedikit rasa kesal, inginku unkapkan kata-kata itu. “Gak tau nak,
do’akan saja kakakmu dimalaysia semoga baik-baik saja.“Ya’ bu” dengan sdikit
rasa takut aku utarakan kat-kataku “buk hari sabtu besok adalah hari kelulusan di sekolah, anggi ingin
rasanya menuntut ilmudi pulau jawa”
dengan rasa takut mungkin kata-kataku sudah melukai ibuku,” ya jika itu memang
terbaik buat kamu, belajarlah nak disana, insya allah. Nanti akanada jalan.
Timpalnya dengan sedikit penjelasan, aku sangat terhentak dan kaget. Kerena
pada waktu itu kami samasekali tidak mempunyai nominal uang, jangankan untuk
kuliah, makan kami sehari-haripun sangat pas-pasan, gak ada tabungan samasekali
disaku kami. Tapi aku yakin dengan kata-kata ibuku bahwa itulah do’a yang
sempurna yang keluar dari hati seorang ibu.
Hari
berganti hari, subuh dan pagi telah aku lewati dengan ibuku, dan inilah hari
terakhirku di sekolah, pengumuman kelulusan mulai ditempel di jendela-jendela
kelas, kulihat namaku lulus dengan nilai yang terbaik, dengan rasa yang bercampur
aduk anatara senang dan takut, aku pulang kerumah, “nak sudah di umumkan belum
nilai kelulusanya” Tanya ibuku setelah aku sampai dirumah “ya buk” “giman
hasilnya” “alhamdulilah baik buk, aku lulus dengan nilai yang terbaik”
Alhamdulillah kata ibuku dengan wajahnya yang sangat senang.
Bu…!!
Tiba-tiba saja ada suara panggilan terdengar dari luar.. “iya bu.. eh bu nurva”
kata ibuku setelah keluar melihat orang itu “bu ini ada telfon dari angga”
jelas bu nurva, ya’ memang dari beberapa tetangga hanya bu nurva lah yang
punyak telfon rumah dikampunku” halo” terdengar sudah sura percakpan demi
percakapa antara ibuku, aku dan kakakku.
Singkat
cerita aku dan ibuku sangat senang waktu itu, kak angga baik-baik saja disana
dan pekerjaannya Alhamdulillah mendapatkan sedikit lebih rezeki. Dan bahkan
akupun mendapatkan kirim ungan untuk melanjutkan pendidikanku kepulau jawa dari
kak annga. Aku sangat berterimakasih.
hari
berganti, satu hari berikutnya, aku dan tasku sudah siap untuk berangkat
menuntuk ilmu, sudah akupersiapkan hati untuk tidak menangis dihari ini, tapi
rasa haru dan senang menyelimuti pagi ini, senyum dan tangis terlukiskan
diwajah ibuku, kupeluk erat-erat ingin rasanya tak ku lepas, tapi aku berjanji
dalam hati, aku akn kembali dengan ilmu yang aku miliki nanti.
terimakasi
tuhan, aku yakin seperti inilah tuhan memulai sebuah cerita pada setiap
makhluknya yang bersungguh-sungguh, walau aku yakin masih jauh perjalananku, di
depan masih banyak ribuan tantangan. Tapi aku yakin aku akan melanjutkan
penrjalanan.
Pelangi
malam dengan doa yang sempurna
Di
kegelapan ….
Tetaplah
hitam disaat aku adalah terang
Pelangi
malam di kesunyian
Biarkanlah
aku tetap berjalan disaat aku bukanlah waktu
Di
kegelapan dan kesunyian aku adalah kehidupan
Dunia
adalah kegelapan
Disaat
aku adalah pelangi dengan doa yang sempurna